Masih dalam nuansa kegiatan internasinalisasi, Direktorat Program Pascasajana UMM kembali menggelar internasional online webinar ke 3 yang merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya dari kluster kependidikan. Kegiatan webinar kali ini dilaksanakan pada 19 Desember 2020 kemarin terdapat tujuh narasumber dari berbagai negara. Acara yang diawali dengan sambutan dan paparan materi dari Prof. Syamsul Arifin selaku Wakil Rektor I bidang akademik mengusung tema Religious and Humanity Values as the Fundamental Educational Capital for Society 5.0.
Dalam paparannya Professor Syamsul Arifin membicarakan tentang relijiusitas dan spiritualitas yang tidak terlepas dari agama itu sendiri, dan dapat dilihat dari berbagai dimensi dimana terdapat perbedaan mendasar antara orang yang “beragama” dan orang yang “relijius”. "Menjadi orang yang “beragama” berarti hanya menganut sebuah agama tanpa benar-benar menjalankan ajarannya dan menjunjung tinggi nilai-nilainya, dan di Indonesia umum disebut sebagai “Islam KTP” karena kebanyakan orang Indonesia beragama Islam. Sedangkan menjadi “relijius” (orang yang spiritual) akan menunjukkan komitmen terhadap Tuhan, manusia, dan lingkungan sekitarnya" Ujar Syamsul.
Selain itu dalam ranah pendidikan Syamsul juga menyampaikan bahwa pendidikan agama idealnya tidak hanya memberikan pengetahuan, namun juga menanamkan kebiasaan baik, menumbuhkan spiritualitas siswa, memperkuat kasih sayang sesama manusia dan memanifestasikan nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu Dr. Abdulhafiz Hiley memberikan wawasan tentang reformasi pendidikan yang ada di Thailand dimana faktor pengendali pengembangan pendidikan di Thailand memiliki tuntunan garis besar tertentu. Di antaranya menjadikan siswa Thailand memiliki kendali emosi, mampu menjadi model yang baik, memiliki kemampuan sosial yang baik, intelegensia yang tinggi, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan di Thailand juga memiliki visi untuk mnejadi lintas ruang dan lintas batas. "Belajar tidak harus di ruang kelas, namun juga dapat dilakukan di ruang public, tempat ibadah, tempat kegiatan sosial masyarakat – yang mana hal tersebut sesuai dengan semangat Society 5.0" ungkap pemateri asal Thailand tersebut.
Dr. Dwi Priyo Utomo juga membicarakan tentang apa peran pendidikan dalam era 5.0. Era ini meminta perubahan pendidikan dalam berbagai aspek. Salah satunya, guru harus dapat membuat siswa memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan. Target ini harus tercermin dalam kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Mengusung konsep 4C yaitu Critical thinking (berpikir kritis), creative thinking (berpikir kreatif), communication (komunikasi), and collaboration (kolaborasi) untuk dapat mengukur perkembangan siswa dalam hal ini "Disni guru harus menentukan indikator untuk setiap skill. Dengan demikian, upaya kemajuan akan dapat terukur dengan jelas" Ujar dosen yang akrab disapa Pak Kadir tersebut.
Berbeda dengan Dr Dwi Priyo yang membahas peran pendidikan pada era 5.0. Dr. Agus Tinus lebih fokus tentang Penerapan desain pembelajaran efektif untuk menumbuhkan potensi siswa di era 5.0. dimana menurutnya terdapat tantangan di era disrupsi yang membutuhkan inovasi pembelajaran. Dimana pembelajar dapat belajar kapanpun di manapun, dimana guru harus selalu melakukan pemutakhiran dalam setiap proses pembelajaran. Guru dapat mengajar dengan efektif jika memiliki skill, ilmu yang diajarkan, dan memiliki kemampuan TIK. Guru juga harus dapat mempertanggungjawabkan apa yang diajarkan, dan mengaplikasikan pembelajaran terintegrasi. Desain pembelajaran efektif dapat diterapkan dalam setiap satuan pendidikan (school-based innovation system) yang disesuaikan dengan teori dan model pembelajaran yang ada. Dalam hal ini, guru harus mampu mengamati bakat dan minat siswa.
Beralih ke Timor Leste Dr. Augusto da Costa membahas tentang dampak pandemi terhadap pendidikan era 5.0. Timor Leste adalah salah satu negara termiskin di Asia Tenggara dan juga Asia. Dimana infrastruktur, listrik, dan internet masih sangat terbatas sehingga hal ini mempengaruhi penerapan pembelajaran online. "Hal ini adalah kenyataan dan hambatan yang harus dihadapi oleh Timor Leste sebagai salah satu negara baru. Namun, pemerintah berusaha melakukan yang terbaik dan menyediakan materi pembelajaran di daerah-daerah terdampak dan tertinggal. Penyebaran buku bacaan, LKS, dan buku tugas digalakkan sehingga tidak banyak bergantung pada pembelajaran online" ujar Dr. Augusto.
Augusto juga menjelaskan pendidikan Timor Leste menggantungkan pembaharuan dan pengembangan pada banyak lulusan Doktor dari seluruh penjuru dunia, di mana rakyat dan pemerintah Timor Leste masih melihat harapan masa depan bahwa Timor Leste akan menjadi salah satu negara berkembang dan maju. Yang terpenting saat ini adalah warga Timor Leste dan pemerintah bersama bergandeng tangan untuk melakukan yang terbaik, menolong satu sama lain demi kebaikan bersama.
Selanjutnya Professor Zulkifley yang juga Dosen Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia membahas tentang integrasi Multidimensional Item Response Theory (MIRT) ke dalam model regresi linier biasa untuk membuat model prediksi baru.Dalam Islam, prediksi hanya digunakan untuk tujuan manajemen bisnis dan ekonomi. Namun kini prediksi dapat digunakan untuk ilmu politik, pendidikan, metode produksi, dan sebagainya dengan menggunakan data multi-jenis, data kategorikal, dan evolusi teori. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan MIRT dalam model regresi linier. Hasil tes goodness of fit yang dilakukan oleh Prof. Zulkifley Mohamed menunjukkan bahwa z-statistik digunakan untuk residual means; mean dan koreksi varian digunakan untuk Pearson x² statistik, dan z-statistik digunakan untuk residual cross-products.
Disarankan bahwa kombinasi terbaik untuk level kesulitan di antara variabel independen harus ditentukan untuk menghasilkan prediksi yang paling akurat. Kedua, perkiraan nilai respon variabel independen diharapkan akan meningkatkan jumlah data outlier yang mungkin mempengaruhi perkiraan parameter model. Terakhir, model yang diajukan harus dianalisa terhadap data aktual dan disimulasikan untuk menguji konsistensi fitur aneka data dan meningkatkan jumlah sampel.
Dr. Nek Mah Binte Batri dari Singapura membahas tentang desain ulang blended learning yang berkesinambungan dengan intersepsi refleksi diri (self-transcendence) dari psikologi positif. "Dikarenakan pandemi ini, sekolah-sekolah di Singapura memperkenalkan pembelajaran di rumah (home-based learning). Sekolah memberlakukan peraturan ketat yang membatasi interaksi fisik. Terdapat banyak tantangan dari metode sekolah baru ini di mana kebanyakan guru senior mengakui kelemahan mereka dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan layanan bantuan psikologis baik untuk siswa ataupun guru" Ujar Nek Mah.
Teknologi persuasif dapat dilakukan dengan tunnelling (menuntun kepada perilaku yang diinginkan), customization (mengolah informasi untuk perilaku yang diinginkan), suggestion (menyarankan), self-monitoring (pengawasan diri), surveillance (pengawasan), conditioning/ reinforcing (memberikan pujian/ hadiah untuk perilaku yang baik), dan reduction (menyederhanakan kegiatan rumit).
Nek Mah juga menyimpulkan bahwa teknologi persuasif dapat mempengaruhi transformasi diri dengan berbagai macam metode. Adopsi dan implementasi faktor desain utama dan alat strategi akan meningkatkan blended learning yang sinkron. Di masa depan, diharapkan para peneliti dapat meneliti efektivitas dan pengaruh intersepsi transformasi diri dari psikologi positif untuk mendesain ulang blended learning yang sinkron. (Ria/Dik)