Internasionalisasi Pascasarjana UMM 4th Batch: Penguasaan Teknologi Sebagai Dasar Pembangunan Peradaban Masyarakat Humanis pada Era 5.0

Senin, 01 Februari 2021 09:07 WIB

Melanjutkan dari kegiatan internasionalisasi yang sedang dilaksanakan, Direktorat Program Pascasarjana UMM kembali mengadakan Internasional Webinar yang ke 4 dan menjadi penutup dari kegiatan internasionalisasi untuk periode 2021-2021. Webinar yang dibuka oleh Dr. Sidik Sunaryo selaku Wakil Rektor 4 ini mengusung tema Penguasaan Teknologi Sebagai Dasar Pembangunan Peradaban Masyarakat Humanis pada Era 5.0 dan menghadirkan 7 orang speaker yang akan berbagi banyak pandangan dan wawasan bagi para mahasiswa dibidang non kependidikan yang ada di pascasarjana UMM.

diawali dengan paparan tentang pelopor dan awal mula Society 5.0 yang jelaskan oleh Professor Ishomuddin yang memandang bahwa ada 5 tembok yang harus diruntuhkan untuk mewujudkan Society 5.0, yaitu meruntuhkan tembok Kementerian dan lembaga, Hukum, Teknologi, Sumber daya manusia, dan Penerimaan sosial. Ishom juga berkata bagawa Digital nativelah yang kini sedang berperan untuk membangun Society 5.0. "Kita telah meninggalkan generasi digital imigrants sebagai pelaku Society 3.0 dan 4.0, mereka akan berperan termasuk dalam revolusi industri. Digital native adalah generasi Z yang lahir antara 1995-2014 di mana mereka menjunjung kebebasan dan kemandirian bersamaan dengan peran teknologi" Ujarnya.

Digitalisasi dan kualitas hidup serta masalah dan ketidaksetaraan dalam masyarakat digital juga tak luput menjadi pembahasan yang disampaikan oleh Sona Minsyan. Sona menuturkan Generasi kini bukanlah hasil akhir dari digitalisasi, namun sebagai pembuka dan pengawal dalam masyarakat digital, di mana mereka akan mulai membangun peradaban. Mereka memiliki biosocial body (tubuh biososial) dan digital body (tubuh digital) di mana masalah banyak muncul saat komunikasi masal yang sangat besar terjadi di seluruh dunia. Dalam hal ini, diperlukan pendidikan etika dan solidaritas digital untuk menumbuhkan perilaku positif dalam era ini.

Narasumber asal Armenia ini juga berpendapat bahwa Non-player characters, artificial neural networks, dan artificial intelligence adalah 3 hal yang banyak berperan dalam sosialisasi digital dan harus diatur cara komunikasinya. Meskipun tidak Nampak, ketiga pihak ini harus diperlakukan seperti manusia yang dapat bertatap muka, sehingga etika dan norma-norma sosial tetap dijalankan. Hal ini untuk mengantisipasi sisi negatif internet di mana platform tersebut terbuka untuk siapapun, bebas, dan tidak memliki hirarki.

Memandang dari sisi yang berbeda, David Pradhan memberikan wawasan terkait Teknologi, bencana, dan inklusivitas pembelajaran digital dalam pendidikan dimana manusia telah memasuki era budaya teknosentris, dimana sebagain besar kegiatan individu dan sosial dilakukan dengan bantuan teknologi. David melihat masyarakat sekarang dapat disebut Anthropocene dan Technosphere dimana teknologi dan masyarakat bergabung. Budaya menjadi perfasif di banyak hal, termasuk administrasi publik. Penerapan IT dalam administrasi publik berhubungan dengan kesejahteraan sebuah negara, sistem kepemerintahan, dan penanganan bencana. Terlebih dengan pandemi sekarang ini, kebijakan physical distancing dan lockdowns membuat kita makin bergantung pada teknologi. Bahkan dapat dikatakan bahwa bencana kini menjadi bagian dari kehidupan kita.

Dalam paparannya David menjelaskan bahwa perlu perhatian khusus agar masyarakat dapat menggunakan kecanggihan teknologi baik sebagai media pendidikan maupun dalam menjalankan berbagai macam administrasi dalam era pandemi sekarang ini. Selain itu perlu adanya peran aktif dan bantuan pemerintah untuk memfasilitasi inklusivitas yang merata.

Society 5.0 tidak hanya terbatas pada bidang sosial masyarakat dan digitalisasinya saja, namun juga mencangkup bidang teknologi pertanian. Hal tersebut yang menjadi fokus utama Dr. Henik Sukorini dalam paparannya dimana era 1.0 adalah era berburu dan mencari makanan di alam bebas, 2.0 adalah pertanian dengan cara tradisional, dan 3.0 adalah industri. Pertanian yang diawali pada 2.0 mulai dimajukan dengan mesin dan alat pada 3.0. 4.0 adalah permulaan era IT, dan kini 5.0 kita mulai membangun peradaban dalam (dengan bantuan) IT.

Society 5.0 mencakup kesehatan, energi, pertanian, dan produksi. Dalam kesehatan, perawatan banyak dibantu mesin dan mulai dilakukan pemeriksaan preventif yang mencegah orang sebelum jatuh sakit. Sedangkan di bidang energi, mulai digunakan diversifikasi energi dan mengantisipasi suplai stabil energi yang dibutuhkan. Dalam produksi, kita mengoptimalkan hasil dan meningkatkan industrialisasi yang terbarukan. Terakhir, dalam bidang pertanian, mulai dilakukan industry otomatis pertanian untuk meingkatkan produksi makanan dan mengurangi limbah.

Henik menuturkan dimasa depan, pertanian membutuhkan masukan data yang terhubung dengan informasi cuaca, stasiun cuaca, sensor tanaman, dan juga UAV dengan sensor payload. "Faktor-faktor tersebut sebenarnya sudah tersedia di masa kini, namun banyak pelaku pertanian yang masih kesulitan dalam pemanfaatannya. Pada society 5.0, diharapkan data-data tersebut akan diorganisir dengan lebih baik sehingga pemnafaatannya juga lebih terarah" Ujarnya. (Ria/Dik)


 

Shared: