MENGUSUNG TEMA BAGAIMANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SECARA SAINTIFIK, RANGGA SA'ADILLAH S.A.P. SUKSES MELEWATI UJIAN TERBUKA PROMOSI DOKTOR

Jum'at, 26 Juni 2020 12:57 WIB

Kamis, 25 Juni 2020 menjadi langkah akhir bagi Rangga Sa'adillah Sandhy Atma Putra, mahasiswa program Doktor Pendidikan Agama Islam dalam menempuh masa studinya dijenjang S3. Mahasiswa yang berprofesi sebagai dosen PAI di di STAI Taswirul Afkar Surabaya dan penerima program beasiswa 5000 doktor dari Kemenag ini fokus untuk meneliti mendeskripsikan, menganalisa dan menganalisis pengalaman, keyakinan dan makna sikap spiritual guru PAI dalam menjalankan pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik yang ada di beberapa SMA Negeri di Sidoarjo. Dalam sidang ujian promosi doktor yang diadakan secara daring ini, rangga menjelaskan mengapa dan seperti apa kendala-kendala dan metode apa yang digunakan oleh para guru PAI yang ada di beberapa Sekolah Menengah Atas di Sidoarjo.

Pendekatan saintifik mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan yakni penonjolan pada dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Beberapa hasil penelitan sebelumnya menyatakan perubahan pendekatan pembelajaran di Indonesia (pendekatan saintifik) memang cukup membingungkan para guru takala pengembangan pembelajaran dengan pemberlakukan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pada tahun 2006 diberlakukan, guru baru saja memahami pembelajaran aktif belum lagi dengan adanya perubahan paradigma pembelajaran pada tahun 2013 melalui pendekatan saintifik sehingga banyak ditemukan ketidaksiapan guru dalam mengimplementasikan.

Dalam presentasinya Rangga mengutip pada penelitian sebelumnya dimana Nadlir & Alfiyah pada tahun 2018 meneliti tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Fiqih melalui pendekatan saintifik menyatakan pendekatan saintifik relevan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, hanya saja guru perlu mempertimbangkan model pendekatan saintifik apa yang digunakan. Pendekatan saintifik terdiri dari tiga model yakni: discovery learning, problem based learning dan proyek based learning. Setiap model memiliki sintaks serta kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Melalui wawancara yang mendalam terhadap enam subyek guru Pendidikan Agama Islam yang ada di Sma Negeri 1 Sidoarjo, SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Rangga menemukan temuan berupa cluster of meaning berupa pemahaman subyek terhadap pendekatan saintifik dimana pendekatan saintifik yang dipahami oleh subyek menurut versi pemerintah adalah pendekatan saintifik yang harus diaplikasikan berdasarkan 5 tahapan. Sementara pendekatan saintifik yang berlandaskan pada prinsip-prinsip saintis mengkonstruk pengetahuan adalah prinsip pembelajaran yang berlandas pada pengamatan terhadap objek kajian yang berupa benda-benda atau realitas yang dapat diamati dirasakan dipikirkan melalui panca indera, membangun premis-premis terhadap objek kajian pengamatan, mengembangkan kepada pengalaman-pengalaman empiris kemudian menggunakan prinsip penalaran induktif sebagai penarikan kesimpulan terhadap pengetahuan yang telah dibangun dalam proses pembelajaran, Ungkapnya.

Pemahaman yang berbeda dalam menangkap wujud pendekatan saintifik berimplikasi pada penilaian yang berbeda dari tiap subyek penelitian. Secara umum mereka menilai bahwa pendekatan saintifik perlu diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan tetapi tidak sepenuhnya mereka sepakat bahwa pendekatan saintifik bisa diaplikasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih-lebih menggunakan model yang tersintaks, hal ini kembali lagi pada pemahaman guru terhadap wujud pendekatan saintifik.

Rangga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa implementasi model discovery dan problem based learning bukan diaplikasikan dalam tataran model akan tetapi pada tataran metode. Metode pembelajaran adalah usaha untuk mewujudkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata supaya tujuan yang telah disusun tercapai dengan maksimal. Metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam pemahaman subyek inti pembelajaran adalah mengajak siswa untuk berpikir itu disebut sebagai pembelajaran inkuiri sementara menjawab permasalahan dengan cara mencari data itu adalah discovery.

Discovery merupakan model pendekatan saintifik yang dominan dilakukan oleh subyek dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Model ini dominan dilakukan karena bagi subyek cukup sederhana bila diimplementasikan. Kemampuan yang dibutuhkan adalah pancingan pertanyaan dan ketekunan subyek dalam membimbing siswa pada proses pembelajaran, sehingga hampir semua aspek Pendidikan Agama Islam yang terdiri Alquran hadis, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan diajarkan melalui inkuiri, discovery.

Seperti pembahasan temuan hasil sebelumnya bahwa model inkuiri, discovery dan problem based learning bukan sebagai model yang tersintaks dan tersusun rapi berdasarkan tahapan-tahapan atau langkah yang telah ditetapkan oleh para ahli. Pembelajaran project based learning yang dilakukan oleh subyek dilakukan pada level pemberian tugas. Sebenarnya pembelajaran project based learning merupakan perluasan dari pembelajaran berbasis masalah. Inti perbedaan antara problem based learning dengan project based learning adalah bila problem based learning berhenti pada solusi yang diajukan, sementara pembelajaran project based learning bukan hanya berhenti pada solusi melainkan karya nyata sebagai bentuk solusi yang diajukan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan saintifik diterapkan oleh guru berdasarkan dua faktor yakni pemahaman guru Pendidikan Agama Islam terhadap hakikat pendekatan saintifik dan varian model pendekatan saintifik. Guru memahami bahwa pendekatan saintifik harus melalui lima langkah dan setiap langkahnya harus diwujudkan pada setiap kali pertemuan. Pemahaman seperti demikian menjadikan kajian pendekatan saintifik dinilai belum maksimal sebagaimana penelitian In’am & Hajar di tahun 2017, Ritonga di tahun 2017 dan Suyanto pada tahun 2018.

Setelah menyelesaikan sesi tanya jawab dengan dewan penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Syamsul Arifin, Prof. Akhsanul In'am, Ph.D., Dr. Abdul Haris, Dr. Dwi Priyo Utomo dan Dr. Romelah. Promovendus dinyatakan lulus Ujian Promosi Doktor dan mendapatkan predikat dengan pujian, sehingga Rangga berhak menggunakan gelar Dr dan menjadi mahasiswa ke 2 dari program beasiswa 5000 doktor yang telah berhasil menyelesaikan studi tepat waktu setelah Indria Nur di minggu lalu.

Shared: