Pentingnya Self Diagnose pada Psikologis Seseorang

Rabu, 28 April 2021 13:37 WIB

Di era seperti sekatangini kemudahan dalam mengakses informasi yang diperoleh dari internet kerap kali dianggap benar tanpa mencari tahu kredibilitas informasi tersebut.Sering kali kita menjumpai berita baik dalam social media ataupun dari portal berita yang ada di internet tanpa ada sumber yang jelas dan terpercaya, bahkan banyak yang lebih memancing pembaca dengan judul yang menggelitik dan menjebakn sehingga dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya.Berkaitan dengan hal tersebut, Program Studi Magister Psikologi Profesi mengadakan  webinar yang focus membahas mengenai self diagnose pada Minggu (25042021). Self diagnosesendirimerupakan kondisi individu yang berusaha untuk mencari tahu dan mengdentifikasi apa yang dialami dan menganalisanya dengan informasi-informasi yang didapatkan tanpa dikonfirmasi kepada ahli baik Psikolog, Psikiater, atau dokter.Akibatnya, banyak dari orang awam yang merasa sedang mengalami gangguan psikologis atau mengalami sakit tertentu hanya berdasarkan hasil bacaan dari mediayang didapat.

Webinar yang secara kusus mendatangkan Dimas Setiawan Santoso, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber yang merupakan alumni dari Magister Psikologi Profesi UMM tahun 2017 ini dihadiri para alumni berbagai tahun. “Penyebab self diagnose muncul dikarenakan ada faktor internal dan ekternal yang mengganggu” Ujar Diman. Faktor internal meliputi termotivasi untuk mencari kepastian yang dialami, belum siap untuk menemui ahli, dan ada perasaan takut  akan perlakuan diskriminasi atas permasalahan yang dialami. Serta faktor eksternal meliputi banyak melihat atau membaca tayangan problem psikologis yang dialami influencer  disosial media.

Dari faktor-faktor tersebut sisi positifnya, membuat individu menjadi lebih aware terhadap permasalahn psikologis yang dialami sehingga mencari banyak informasi yang berkaitan dengan permasalahn yang di alami. “Akan tetapi, dampak negatifnya juga cukup besar baik dari aspek kognitif, emosi maupun perilaku” Ucapnya. Dimas menyebut secara umumnya dampak yang terjadi pada aspek kognitif adalah orang akan cenderung hanya mencari informsi yang ia rasakan saja. Tidak melakukan informasi banding  terkait informasi-informasi yang lain, hal ini kerap kali terjadi. Pada aspek emosi, individu yang melakukan self diagnose menjadi sedih, malu, atau bahkan marah karena tidak dapat menerima hasil diagnosis yang ia lakukan sendiri. Dampak yang cukup besar terlihat adalah pada aspek perilaku, umumnya individu yang melakukan self diagnose menarik diri atau bahkan tampil baik-baik saja sesuai dengan apa yang lingkungan mau.

Sementara itu, Cahyaning Suryaningrum selaku Ketua Program Studi Magister Psikologi Profesi memberikan komentarnya “dari webinar ini dapat dilihat bahwa seluruh peserta sepakat bahwa self diagnose itu bahaya apabila tidak ditindaklanjuti ke ahli (Psikolog, Psikiater atau dokter) dan menjadi penting untuk dijadikan pertimbangan untuk berkonsultasi dengan ahli, sehingga diharap dengan dilaksanakannya webinar ini dapat menjadikan mereka mendapat pengetahuan baru dan ikatan antar alumni Mapro dapat terjalin dengan baik” Ungkapmya. (Al/Dik)

Shared: