Imbang Dwi Rahayu,mahasiswa progam Doktor Ilmu Pertanian UMM berhasil menemukan formula yang ampuh untuk perbaikan performa ayam broiler dengan Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L. Smith). Penelitian itu tertuang dalam desertasi doktoralnya telah diujikan pada Sabtu, 8 Agustus 2020 dengan judul desertasi “Potensi Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L. Smith) Sebagai Feed Additive: Upaya Pengendalian Salmonelosis Untuk Perbaikan Performa Dan Kesehatan Ayam Broiler”.
"Alasan saya mengangkat kajian tentang lempuyang adalah karena lempuyang mengandung senyawa aktif yg bs diekstrak untuk pengendalian penyakit Salmonelosis pd ayam broiler. Salmonelosis ini merugikan secara ekonomis bg industri perunggasan. Juga menyebabkan foodborne disease bg konsumen pengguna" Ujar Imbang saat ditemui seusai menjalani ujian promosi doktornya.
Peningkatan kasus Salmonelosis yang disebabkan bakteri patogen Salmonella. Enteritidis (S. enteridis) pada ayam broiler telah merugikan secara ekonomis bagi industri perunggasan, karena akibat yang ditimbulkan berupa ganggguan pertumbuhan, penurunan produktivitas, peningkatan jumlah ayam afkir dan peningkatan kepekaan ayam terhadap penyakit lain. Penyakit Salmonelosis juga menduduki arti penting bagi kesehatan masyarakat, karena produk ternak yang terkontaminasi Salmonella sp dapat menyebabkan foodborne disease pada manusia, sehingga produk akan dimusnahkan, yang berakibat peternakan kehilangan peluang bisnis.
Pencegahan Salmonelosis dengan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) sebagai feed additive justru menimbulkan masalah yang lebih besar, yaitu peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik, peningkatan wabah Salmonelosis, kontaminasi bakteri pada produkproduk unggas maupun lingkungan kandang dan sekitarnya, foodborne disease dan residu antibiotik pada produk yang mengancam kesehatan masyarakat sebagai konsumen. “Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14 / PERMENTAN / PK.350 / 5 / 2017 secara resmi telah melarang penggunaan AGP untuk imbuhan pakan ternak, dimana produknya dikonsumsi manusia,” kata Imbang.
Para ahli, sambung Imbang, membuktikan juga adanya dampak negatif penggunaan AGP berupa hambatan pertumbuhan dan kolonisasi bakteri usus yang menguntungkan, termasuk Lactobacillus, Bifidobacteria, Boeteroides, dan Enterococci dan peningkatan resistensi Salmonella spp, termasuk S. enteritidis dan S. typhimurium. Kedua jenis Salmonella spp tersebut berhasil diisolasi dari daging ayam broiler dan terbukti telah resisten terhadap beberapa antibiotik, antara lain: eritromisin, penisilin dan vancomycin, dengan tingkat resistensi 100 persen. Kasus resistensi Salmonella spp berdampak pada semakin sulitnya pengendalian penyakit Salmonelosis pada unggas, sehingga bakteri sering mencemari kandang, air minum dan pakan.
“Potensi kekayaan tanaman herbal Indonesia bisa menjadi alternatif substituen AGP yang alami dan bisa dijadikan green product untuk pengendalian Salmonelosis pada ayam broiler. Fitobiotik dalam herbal memiliki berbagai aktivitas, selain sebagai antibakteri, juga sebagai antiinflamasi, antihistamin, antioksidan, immunomodulator dan hepatoprotektor, yang bisa diekstrak dan digunakan sebagai feed additive,” ungkap Imbang.
Salah satu alternatif herbal pilihan adalah lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L. Smith), bagian rhizome bisa diektraksi dengan pelarut etanol, sehingga fitobiotik hasil ekstraksi bisa digunakan sebagai feed additive bentuk serbuk dan dicampur dalam pakan ayam broiler. Penggunaan etanol sebagai pelarut merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, bahwa etanol merupakan pelarut yang cocok untuk mengekstraksi zat-zat aktif dalam Z. zerumbet yang berupa alkaloid, flavonoid, tannin dan terpenoid.
Hasil penelitian Imbang menunjukkan ekstrak Z. zerumbet yang terbaik mampu menghambat Salmonella spp adalah ekstraksi dengan pelarut etanol 95% dan konsentrasi ekstrak sebesar 10%, sehingga ekstrak ini digunakan sebagai feed additive pada pakan ayam broiler percobaan. Berdasarkan uji penapisan fitokimia, fitobiotik yang terkandung dalam ekstrak tersebut antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, dan terpenoid, sedangkan berdasarkan pengujian dengan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS), ekstrak mengandung Essential Oils (EOs) yang dominan kelimpahannya, yaitu zerumbon, senyawa ini termasuk golongan seskuiterpenoid.
Hasil penelitian Imbang menunjukkan bahwa penambahan ekstrak Z. zerumbet pada level 0,67% sampai 1% sebagai feed additive memberikan efikasi tertinggi pada broiler penderita Salmonelosis, pada level tersebut ekstrak mampu menghambat S.enteritidis yang sengaja diinfesikan pada broiler umur 10 hari, artinya aktivitas ekstrak Z. zerumbet sebagai antibakteri tetap stabil sampai saluran pencernaan bagian belakang, yaitu sekum, yang merupakan tempat kolonisasi S. enteritidis. “Efikasi yang tinggi akan mengurangi kontaminasi S. enteritidis dalam feses ke lingkungan, termasuk kandang, pakan, air dan karkas, yang pada gilirannya menekan kasus foodborne disease yang akan menjamin keamanan pangan produk unggas bagi konsumen,” pungkas Imbang.(riz/can/dc)