Analisis Kelayakan Finansial Pembibitan dan Usahatani Cabai Merah

Cabai merah merupakan salah satu komoditas nasional yang berilai ekonomi tinggi serta menduduki posisi penting dalam konsumsi sehari-hari penduduk di Indonesia. Selain itu komoditas ini juga menjadi penyumbang inflasi dikarenakan fluktuasi harganya yang bersifat musiman. Banyaknya permintaan akan ketersediaan cabai merah ternyata berdampak pada petani dimana mereka harus mampu memenuhi kebutuhan akan cabai. Bertambahnya permintaan tersebut cenderung membuat para petani saat ini lebih memilih untuk menggunaan bibit siap pakai daripada harus menyemai sendiri. Hal ini membuka peluang bagi usaha pembibitan cabai merah untuk berkembang.

Melihat akan fenomena tersebut membuat Dyah Erny Widyastuti tertarik untuk mengangkat hal tersebut menjadi sebuah penelitian. Mahasiswa program Doktor Ilmu Pendidikan tersebut mencoba mengungkap seperti apa rantai pasok cabai merah mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir yang mengguakan cabai merah untuk industri pangan serta menganalisa seperti apa kelayakan finansial yang ada pada usaha pembibitan cabai merah yang ada di Desa Karanganyar, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang Jawa Timur.

Melalui beberapa metode  dan pengolaha data penelitian yang dilakukan Dyah mendapati bahwa kelayakan dalam pelaksanaan usaha pembibitan cabai merah besar memiliki keuntungan yang layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan bahwa dari para objek penelitian yang memiliki usaha di bidang pembibitan, mereka menanam investasi sebesar 15,5 juta  selama 24 bulan dan mendapat hasil kembali mencapat 23% dari nilai investasi awalnya setiap 12 bulan. Selain itu tempo pengembalian investasi juga sudah kembali dalam waktu 1 tahun 7 bulan, sehingga dapat dikatakan bahwa investasi ini tergolong baik untuk dijalankan. Dyah juga berpandangan bahwa semakin besar skala usaha pembibitan cabai merah besar, maka semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh.

Selain temuan dari sisi para usaha pembibitan cabai merah, Dyah juga mendapat temuan bahwa pendapatan para usahatani cabai merah juga layak untuk dijalankan. Hal ini dibuktikan dari hasl olah data penelitiannya yang menunjukkan bahwa modal para usaha tani cabe merah per hektarnya adalah sebesar 27 juta rupiah dan mampu mendapat pengembalan sebesar 63 juta rupiah. Dalam analisisya setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan sebesar 2.400 rupiah.

Melalui analisa margin pemasaran. didapati bahwa Aliran produk dapat dibedakan menjadi aliran produk berupa buah cabai merah besar dan aliran produk berupa produk olahan cabai merah besar, khususnya dalam bentuk sambal dalam kemasan beragam varian. Selain itu aliran keuangan dibedakan menjadi beberapa macam aliran, dimana sistem transaksi pembayaran sangat mempengaruhi kinerja dari setiap mata rantai. Serta terdapat tiga saluran distribusi pemasaran cabai merah dimana saluran-saluran distribusi tersebut menunjukkan bahwa saluran pemasaran atau rantai pasok relatif efisien, meskipun Producers share nya masih relative kecil

Bagi Dyah, kontribusi utama penelitiannya adalah menjadi sebuah rekomendasi untuk peningkatan intensifikasi, teknologi dan teknis budidaya pada usaha pembibitan sayuran khususnya cabai dan komoditas lainnya yang bernilai ekonomis tinggi karena membuka peluang usaha, sekaligus memendekkan waktu dan menghindarkan kerugian pada tahapan pembibitan.

Rekomendasi tersebut perlu dilaksanakan secara terintegrasi sejak dari sub-sistem saprodi khususnya pembibitan, budidaya di sisi on-farm hingga rantai pasok yang efisien melalui lembaga pemasaran hingga konsumen akhir, khususnya industri pengolahan berbasis cabai merah. Selain itu ia juga berharap dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan sistem agribisnis hulu-hilir cabai merah besar, terutama sebagai bahan baku industri pangan olahan berbagai varian yang berkembang pesat. Perlu dilakukan lebih banyak studi mengenai pengelolaan pola tanam, baku teknis budidaya, aspek finansial dan ekonomi sebagai bagian dari praktek manajemen agribisnis.

Shared: