Analisis Kontruksi Sosial Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Pada Bank Sampah Mutiara Kota Medan

Salah satu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari terkait masalah lingkungan adalah banyaknya sampah rumah tangga yang dibuang tanpa memilah sesuai dengan jenisnya terlebih dahulu. Sampah merupakan limbah dari suatu material yang sudah tidak terpakai lagi. Sebenarnya sampah dapat dikelola dan akan menghasilkan nilai ekonomi. Sampah dibedakan menjadi sampah organik dan an-organik. Sampah organik dapat dijadikan pupuk tanaman dan sampah an-organik dapat didaur ulang atau sebagai komoditas perdagangan. Disinilah dapat dilihat pentingnya keberadaan Bank Sampah. Bank Sampah menjadi wadah awal pengelolaan sampah dan juga sebagai sarana bagi masyarakat untuk menabung karena bernilai ekonomi, sekaligus sarana memberdayakan masyarakat. Keberadaan akan bank sampah ini menarik perhatian Efendi Augus, salah satu mahasiswa program Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang yang akhirnya dijadikan topik dalan penelitian disertasinya. Penelitian yang membahas bagaimana proses Konstruksi Sosial Eksternalisasi, Objektivikasi, Internalisasi atas pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah ini dilakukan di Bank Sampah Mutiara Kota Medan.

Mengusung model penelitian lapangan (fiel research) Efendi menggunakan paradigma definisi sosial dalam mempelajari persoalan-persoalan yang diteliti, aturan-aturan yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang dipelajari. Tindakan sosial yang dilakukan aktor dalam pemberdayaam masyarakat melalui pengelolaan sampah pada Bank Sampah Mutiara Kota Medan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori Tindakan Sosial (social action theory) Weber dan teori Konstruksi Sosial Peter Berger dan Lukmann. Pendekatan ini sengaja dipilih karena mempermudah peneliti dalam menganalisis dan menjelaskan proses terbentuknya realitas secara sosial melalui mekanisme dialektis pada Pemberdayaan Masyarakat melalui pengelolaan sampah pada Bank Sampah Mutiara Kota Medan. Lokasi penelitian di Bank Sampah Mutiara Kota Medan Kecamatan Medan Denai Kelurahan Binjai, dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Menggunakan teknik analisis data dan menggunakan uji keabsahan data dengan trianggulasi.

Hasil penelitian penelitian yang ditemukan oleh mahasiswa asal Sumatra Utara ini adalah adanya perubahan pemaknaan yang meliputi penilaian dan pengelolaan sampah serta Pemberdayaan Bank Sampah. Penelitian ini berlangsung ketika masyarakat mulai memahami makna sampah yang diekspresikan melalui aktivitas atau tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengenalan makna sampah diawali dengan ide atau gagasan melalui program Bank Sampah Mutiara Kota Medan. Melalui program yang dilakukan oleh Bank Sampah Mutiara Kota Medan memberikan pengaruh pada
 
perubahan makna sampah dengan melakukan pemanfaatan sampah. Program ini merupakan sosialisasi yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan oleh Bank Sampah Mutiara Kota Medan hingga memberikan perubahan nilai pada sampah yaitu tahap penghijauan dan daur ulang. Kegiatan ini dilakukan selama proses interaksi yang berlangsung dengan masyarakat sehingga menciptakan makna baru yang dihasilkan dari hubungan interaksi yang berlangsung dengan kesadaran dari aktor terhadap suatu ide atau gagasan baru. Tindakan yang dilakukan pada proses eksternalisasi melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan Bank Sampah Mutiara Kota Medan merupakan suatu bentuk akumulasi dan stok pengetahuan sosial yang dapat ditransfer dari satu generasi ke generasi selanjutnya sehingga menghasilkan suatu pengalaman untuk menciptakan makna baru melalui proses interaksi yang dilakukan secara terus menerus sehingga dapat membedakan realitas berdasarkan tingkat keakraban.


Hasil lainnya ditemukan bahwa terjadi tindakan yang berulang (habitualisasi) melalui program pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah Mutiara Kota Medan yaitu sosialisasi. Interaksi sampah dan pengelolaannya secara berulang-ulang perlu pembiasaan. Seperti yang dikemukakan Berger: “Setiap tindakan yang sering diulang pada akhirnya akan menjadi pola yang kemudian dapat direproduksi dengan usaha sesedikit mungkin”, oleh karena itu, perlu dipahami oleh pelakunya bahwa hal ini adalah sebagai pola. Seperti yang dikemukakan Berger: “Tentu saja tindakan yang telah menjadi kebiasaan mempertahankan karakternya yang bermakna bagi individu, meskipun makna yang terlihat di dalamnya tertanam sebagai hal rutin dalam persediaan pengetahuan umumnya”. Dalam mekanisme pengelolaan Bank Sampah Mutiara Kota Medan untuk meningkatkan ekonomi keluarga pada umumnya ada imbalan sejumlah uang melalui mekanisme, pemilahan sampah skala rumah tangga, penyetoran, penimbangan, pencatatan hasil sampah yang dilaporkan, yang akhirnya dimasukkan kedalam buku tabungan. Dampak program Bank Sampah Mutiara Kota Medan melalui aspek kesehatan dan lingkungan secara umum adalah menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan. Pada fase objektivasi, masyarakat merupakan produk kebiasaan yang diciptakan oleh proses eksternalisasi itu sendiri.

Selain itu proses Konstruksi Sosial Internalisasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah Mutiara Kota Medan juga ditemukan bahwa masyarakat yang menjadi anggota Bank Sampah mengaktualisasikan nilai yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui pemilahan, pengelolaan sampah, daur ulang bersifat ekonomi dan lingkungan bersih dan sehat. Pengurus Bank Sampah Mutiara Kota Medan berinovasi dengan mendatangi sekolah-sekolah dengan melakukan sosialisasi program Bank Sampah Mutiara Kota Medan. Proses Internalisasi ini mereka lakukan dengan cara mensosialisasikannya. Setelah mereka mendapatkan informasi adanya Bank Sampah berikutnya mereka masuk menjadi anggota Bank Sampah Mutiara Kota Medan. Berikutnya Keterlibatan nasabah di Bank Sampah Mutiara Kota Medan meningkatkan perilaku hidup sehat dan bersih karena mereka telah punya pengetahuan dan ketrampilan yang telah mereka dapatkan dari program pemberdayaan Bank Sampah Mutiara Kota Medan. Mereka senantiasa terus melakukan kebersihan lingkungan rumah tangga, melakukan pemilahan sampah dengan baik. Selain itu mereka juga mengajarkan nilai sampah kepada anak cucunya dimana ini menjadi peran orang tua untuk memberikan pengetahuan karena memiliki ikatan emosi

Proses Konstruksi Sosial tahap eksternalisasi, Objektifikasi, dan Internalisasi dimulai dari ketertarikan masyarakat terkait pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah pada Bank Sampah Mutiara Kota Medan, ditambah lagi sosialisasi dari Pengurus Bank Sampah Mutiara Kota Medan yang intens. Kontruksi sosial ini bisa dilanggengkan sampai saat ini, karena sosialisasi yang terus menerus dilakukan oleh pengurus Bank Sampah serta dukungan dari berbagai pihak seperti Pemerintah Daerah. Selain itu Konstruksi sosial ini dianggap berhasil karena adanya output yang jelas dan menjadi kebutuhan masyarakat, yakni konsep Bank sampah dengan menjual sampah mendapatkan uang. ProgramBank Sampah Mutiara Kota Medan dijadikan aktivitas bagi masyarakat baik secara kognitif maupun afektif dalam bentuk pelatihan Lingkungan bersih dan sehat dan pelatihan pengelolaan sampah organik, daur ulang sampah an- organik bernilai ekonomi.

Efendi berharap dari penelitian ini agar Bank Sampah Mutiara Kota Medan membentuk kelompok sasaran baru dalam mengupayakan perubahan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar. Bagi Pihak pengelola Bank Sampah Mutiara Kota Medan disarankan melakukan kerjasama dengan instansi yang peduli terhadap lingkungan. Bank Sampah dalam pengelolaan sampah dapat dijadikan rule model bagi pola pemberdayaan masyarakat melalui pemamfaatan sampah. Bagi Pemerintah Daerah agar membentuk Bank Sampah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah.

Shared: