Internalisasi Nilai Kepribadian Muhammadiyah di Sekolah Menengah Atas

Pergulatan kepentingan ideal dan kepentingan praktis saat ini masih  menjadi telaah yang tidak pernah berhenti untuk diteliti sesuai kapasitas kemampuan dan waktu yang tersedia. Tak hanya terjadi pada politik serta social masyarakat saja, namun juga terjadi dibidang pendidikan. Perlunya pendidikan dalam hal nilai kepribadian saat ini menjadi salah satu tolak ukur bagi masyarakat dalam memilih sebuah Lembaga pendidikan. Adanya kebutuhan masyarakat akan dapat mendidik anaknya menjadi insan yang beragama, humanis, berkemajuan seta mampu menggapai masa depan yang baik menjadikan banyak sekolah harus mampu menyajikan pembelajaran yang lebih baik.

Mengetahui akan adanya kebutuhan tersebut dimasyarakat membuat Masluhi, salah satu mahasiswa program studi Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang ini membuat sebuah penelitian yang berfokus tentang seperti apa pembentukan nilai kepribadian Muhammadiyah yang ada di sekolah menengah atas (SMA) Muhammadiyah Tanjung Redep Kalimantan Timur.

Dasar Pemikiran Guru PAI

Yang membuat penelitian ini menarik adalah Masluhi mendapati beberapa dasar pemikiran dimana yang pertama, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Kemuhammadiyahan di SMA tersebut berpandangan bahwa eksternalisasi merupakan bentuk realitas terhadap penyimpangan perilaku yang meresahkan, serta memprihatinkan pada kondisi masyarakat dan pergaulan siswa. Penyimpangan perilaku terbentuk di mulai dari pembiasaan yang dilakukan secara berulang – ulang sehingga mewarnai watak keseharainnya.

Kedua, realitas obyektifasi terhadap penyimpangan perilaku siswa, yang dilakukan secara berulang – ulang, menunjukkan adanya realitas obyektif (kondisi masyarakat) perilaku tersebut dikendalikan. Kondisi masyarakat turut memberikan pengaruh terhadap perilaku siswa, pada saat kondisi obyektif masyarakat menyertainya.

Ketiga, internalisasi nilai yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)  dan Kemuhammadiyahan dalam merubah sekaligus membentuk kondisi obyektif  yang terjadi di masyarakat ke dalam kesadaran subyektif siswa pada 10 kepribadian Muhammadiyah yang selaras, mendorong cara bertauhid yang lurus, membangun hubungan kematangan jiwa dan raga dengan Allah dan manusia.
Internalisasi Kepribadian Muhammadiyah

Dalam penelitiannya Masluhi mendapati beberapa temuan terkait prosesn internalisasi kepribadian Muhammadiyah dimana yang pertama melalui penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada dokumen satu sebagai adaptasi tekstual pelembagaan yang dijadikan pedoman, arah kebijakan dalam menuntun guru, siswa dan warga sekolah. Secara kontekstualnya dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, habitualisasi dan keteladanan yang dikembangkan di sekolah.

Kedua, Internalisasi nilai – nilai berkeislaman yang benar, berkemajauan dan jiwa philantrophis siswa dan pelembagaan secara objektivasi menuntut adanya  peran guru dalam melegitimasi 10 kepribadian Muhammadiyah pada indikator karakteristik yang berkepribadian Muhammadiyah. Sikap dan perilaku siswa disimbolkan dalam perkataan, sikap dan perbuatan dalam kesehariannya.

Ketiga, internalisasi nilai yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dan Kemuhammadiyahan dilakukan pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler dan habitualisasi, melalui proses perencanaan yang matang.

Pembentukan perilaku siswa melalui penyampaian materi, pemahaman hingga teraktualisasikan dalam kehidupan kesehariannya. Dorongan guru dan habitualisasi memudahkan internaliasasi nilai – nilai kepribadian Muhammadiyah menjadi kultural sekolah. Hal ini menegaskan bahwa internalisasi nilai – nilai kepribadian Muhammadiyah yang berbasis kultural telah mampu memberikan solusi terhadap realitas yang dihadapi siswa serta sejalan dengan sifat kepribadian Muhammadiyah yang selalu amar ma’ruf nahi munkar. Guru mempunyai tanggung jawab, profesional, ikhlas membimbing dan role model (keteladanan) dalam membangun peradaban yang berkemajuan melalui spirit sifat 10 kepribadian Muhammadiyah.

Masluhi menyadari bahwa penelitian yang dilakukannya tentu jauh dari kata sempurna. Sehingga ia juga menyampaikan bahwa dengan penelitian ini ia berharap penelitiannya dapat menjadi referensi atau rujukan bermanfaat pada lembaga amal usaha Muhammadiyah di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan mampu  memberikan kontribusi pemikiran dalam memberikan sumbangan pengembangan teori pendidikan secara praktis bagi kalangan lembaga pendidikan, sekolah dan instasnsi terkait.

Shared: