Internasionalisasi Pascasarjana UMM, Melihat Perkembangan Pendidikan Sampai Permasalahan Lingkungan pada Era 5.0

Senin, 14 Desember 2020 16:17 WIB

Kegiatan online webinar akhir-akhir ini banyak digaungkan sebagai alternatif pengganti kegiatan seminar berskala besar yang melibatkan banyak orang dalam satu tempat dalam dunia pendidikan di era pandemi saat ini. Direktorat Program Pascasarjana melalui program Internasionalisasinya juga mengadakan serangkaian kegiatan online webinar yang dikemas dalam bentuk Seminar Internasional dengan tema utama The Construction of Spirituality, Humanity, and Technologi-Based Society 5.0. Rangkaian kegiatan yang akan diadakan nantinya menjadi empat kali online webinar ini akan digabagi menjadi dua kluster dimana terdapat kluster pendidikan dan kluster non pendidikan.

Seminar internasional pertama yang telah dilaksanakan pada Sabtu, 5 Desember 2020 dan dibuka langsung oleh Dr. Fauzan, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang dihadiri oleh semua mahasiswa pascasarjana umm kluster pendidikan angkatan tahun 2019 dan juga dari luar mahasiswa UMM. Dalam kegiatan yang berlangsung secara daring, terdapat lima narasumber yaitu Dr. Muhd Amir Bin Kadir dari Singapura, Dr, Muhammad Zain Musa dari Kamboja, Dr. Suraya dari Thailand serta dua orang dosen dari UMM yaitu Dr Abdulkadir Rhardjanto dan Dr. Estu Widodo yang memberikan paparannya tentang dunia pendidikan di era 5.0. Melalui sudut pandangnya, Dr. Zein Musa memaparkan sudut pandang sejarah pendidikan di Kamboja. "Penemuan sejarah dalam bentuk peninggalan ukiran berbahasa Khmer dan Sanskrit sesungguhnya menunjukkan bahwa Pendidikan di Kamboja sudah berjalan sejak zaman purbakala, tetapi tidak didukung oleh sistem yang memadai. Seiring berjalannya waktu pendidikan di Kamboja kini terbagi ke dalam 3 sistem, yaitu Pendidikan Buddha, Pendidikan Muslim, dan Pendidikan Nasional" Ungkap Zein.

Dilain sisi Dr M. Amin Bin Kadir menjabarkan upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan Singapura untuk memajukan pendidikan di negaranya. Amin juga memberikan paparan bahwa pendidikan di Singapura bertujuan untuk menghasilkan pribadi yang memiliki kesadaran diri, menjadi kiblat kebaikan moral, dengan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan. Setiap siswa di Singapura diharapkan menjadi pribadi yang percaya diri, mampu belajar mandiri, berkontribusi aktif, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Setiap level pendidikan Singapura – yaitu SD, SMP, dan SMA – memiliki tujuan keluaran yang berbeda-beda.

Begitu juga dengan Dr. Estu Widodo yang berbicara tentang kebutuhan masyarakat di era 5.0 yang menekankan pada kreativitas, inovasi, dan perubahan. "Jika masyarakat era 3.0 berpusat pada kreativitas dan inovasi, kini kita berada pada transisi antara 4.0 menuju 5.0 – yang mana sebelumnya berpusat pada kreativitas, inovasi, dan kolaborasi, kini ditambahkan dengan kebutuhan akan berpikir analitik, kolaborasi, dan kemampuan pemecahan masalah kompleks. Hal ini mendasari perbedaan peran antara guru dan siswa, yang pada akhirnya harus bekerja sama untuk mewujudkan keberhasilan di masa depan" ungkap Estu.

Dari sudut pandang lingkungan Dr. abdulkadir Rahardjanto membahas tentang literasi lingkungan mahasiswa dalam mengatasi konflik lingkungan di daerah perkotaan di mana literasi ekologi sangat penting dimiliki oleh generasi muda untuk mengatasi limbah, dan terlibat langsung dalam upaya penanganannya. "Hasil survey yang saya kumpulkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah wanita (73,6%) dan sisanya pria (26,4%). Dari kuesioner didapatkan hasil bahwa lietrasi ekologi mahasiswa berada pada tingkat rata-rata (21,39%) yang berarti bahwa mereka tidak cukup yakin bahwa mereka memiliki hal tersebut. Hanya 9,4% mahasiswa merasa percaya diri bahwa mereka memiliki kemampuan literasi ekologi untuk berperan aktif dalam upaya penanganan masalah lingkungan."" ungkap dosen yang akrab dipanggil Pak Kadir ini. Menurutnya hal ini mengkhawatirkan karena literasi ekologi mahasiswa sangat dibutuhkan untuk menangani masalah lingkungan. Terlebih lagi, para partisipan adalah calon-calon guru yang diharapkan mampu memahamkan literasi lingkungan terhadap para siswanya kelak.

Shared: