Lingkungan merupakan salah satu factor yang penting dalam dunia Pendidikan. Tidak sedikit anak yang memiliki kecenderungan untuk tidak peduli pada lingkungan, seperti sambil berjalan memetik daun, bunga atau memotong ranting tanaman di pinggir jalan tanpa tujuan, membuang bungkus permen dan makanan di sembarang tempat, menyalakan lampu dan kran kamar kecil tanpa mematikan kembali setelah selesai buang air. Mengubah kebiasaan anak dari tidak peduli menjadi peduli terhadap lingkungan itu tidak mudah. Pendidikan menjadi pilihan untuk mengubah kebiasaan anak dalam rangka menyelamatkan lingkungan. Hal ini menjadi tantangan bagi pihak sekolah, termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah.
Berdasarkan permasalahan tersebut, Mahasri Shobahiya yang juga mahasiswa progam Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang ini menjadikannya sebagai sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengungkap tentang konstruksi pendidikan agama Islam berorientasi ekologi. Penelitian yang dilaksanakan dengan mengambil kasus di SMP Negeri 1 Karanganyar – Jawa Tengah. Mahasri Shobahiya mengatakan, dalam penelitian ini, ia menggunakan pendekatan konstruktivisme, karena adanya keyakinan bahwa kenyataan yang terjadi di SMP ini tentu dibangun melalui pengalaman hidup guru PAI dan BP bersama para guru dan warga sekolah lainnya.
Melalui pendekatan tersebut ia mendapati bahwa kebijakan SMP ini sebagai sekolah yang berorientasi ekologi tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dimulai dari perumusan visi, yaitu “Terwujudnya generasi religius, cerdas, berkarakter dan berwawasan lingkungan.”, yang diturunkan dalam misi, tujuan, rencana strategis dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) secara linier dan konsisten serta terimplementasi dalam pembelajaran dan Tata Tertib yang bernuansa religius dan ekologis.
Kegiatan sekolah berbasis partisipatif yang mewarnai konstruksi PAI berorientasi ekologi didukung oleh seluruh komponen warga sekolah, antara lain melalui “Gerakan Bersih Negeriku Sehat Sekolahku Sehat Lingkunganku” dalam bentuk sosialisasi pesan dan ide-ide ekologi melalui papan dan Mading, Jum’at Bersih, pemanfataan lahan untuk green house dan Ruang Terbuka Hijau (RTH), taman, pemeliharaan burung dan ikan, pemanfaatan limbah (reuse & recycle), membangun kemitraan dengan lembaga lain, termasuk pendampingan sekolah binaan, sebagai indikator dari kesalehan sosial dan pemakmur bumi.
Selain itu sarana dan prasarana pendukung konstruksi PAI berorientasi ekologi terdiri dari sarana papan pesan, gambar dan Mading, serta peralatan kebersihan dan aneka jenis tempat sampah; sedangkan prasarana terdiri dari RTH, bank sampah dan tempat pengelolaan sampah yang menghindarkan tabzīr, dan kantin reduce; dan model kurikulum PAI berorientasi ekologi dibangun melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan ekologis; ada tambahan materi “Menjaga dan Melestarikan Lingkungan Hidup”, metode pembelajaran bervariatif dengan menerapkan ecopedagog in-class dan out-class, ada penilaian spiritual dan sosial non-test tentang akhlak terhadap lingkungan, dan ada kerjasama dengan guru Mapel lain untuk pemanfataan limbah, pembuatan Mading dan lomba lukis serta video amal salih (perilaku ekologis), yang mengindikasikan sebagai integrated curriculum.
Melalui temuan-temuan tersebut, Mahasri Shobahiya, berharap bagi pengelola SMP Negeri 1 Karanganyar: apa yang sudah ia teliti ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas SMP Negeri 1 Karanganyar Jawa Tengah sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri ke peringkat di atasnya, yaitu ASEAN Eco School; terutama melalui ditemukannya ciri khusus konstruksi PAI di sekolah tersebut yang menopang terwujudnya sekolah yang bervisi “Terwujudnya generasi religius, cerdas, berkarakter dan berwawasan lingkungan”
Berikutnya ia berharap bagi pengelola sekolah lainnya agar dapat dapat menjadi rujukan atau model konstruksi ataupun rekonstruksi PAI yang berorientasi ekologi atau menjadi inspirasi bagi sekolah yang belum mengembangkan Program Adiwiyata, baik jenjang SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA/MAK. Lebih terutama lagi bagi Kepala Dinas Pendidikan, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Dikdasmen PDM) Kabupaten Karanganyar dan Kota atau Kabupaten lainnya agar penelitiannya ini dapat menjadi bahan pembinaan untuk guru-guru PAI dan BP di SMP, SD dan sekolah-sekolah yang belum mengembangkan Program Adiwiyata ataupun sekolah-sekolah yang telah mengembangkan Program Adiwiyata namun partisipasi dan konstribusi guru PAI dan BP belum maksimal dan bagi Kepala Kementrian Agama Kabupaten Karanganyar dan Kota atau Kabupaten lainnya.
"Ini bisa menjadi bahan pembinaan untuk guru-guru Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiyah yang belum mengembangkan Program Adiwiyata ataupun madrasah-madrasah yang telah mengembangkan Program Adiwiyata namun partisipasi dan konstribusi guru-guru di madrasah tersebut belum maksimal," ucapnya.
"Terakhir adalah bagi peneliti lain, inni bisa menjadi bahan kajian untuk meneliti lebih lanjut sisi-sisi lain yang belum diungkap dalam penelitian ini, di antaranya tentang implikasi pembiasaan sikap peduli dan berbudaya lingkungan pada peserta didik di rumah dalam kehidupan sehari-hari; implikasi SMP Negeri 1 Karanganyar sebagai Sekolah Adiwiyata bagi masyarakat sekitar, bagi sekolah-sekolah binaan SMP Negeri 1 Karanganyar sebagai Sekolah Adiwiyata, dan pengembangan Sekolah Adiwiyata pada sekolah-sekolah Muhammadiyah di kota atau kabupaten sekitarnya," ucapnya.